Rabu, 28 September 2011

ASKEP SISTITIS


A.    TINJAUAN TEORI
1.      Pengertian
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih ( refluks urtrovesikal ), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
2.      Etiologi
·         Bakteri (Eschericia coli)
·         Jamur dan virus
·         Infeksi ginjal
·         Prostat hipertropi (urine sisa)
3.      Manifestasi Klinis
Uretro Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1)      Disuria (nyeri waktu berkemih)
2)      Peningkatan frekuensi berkemih
3)      Perasaan ingin berkemih
4)       Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5)       Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6)      Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
4.      Komplikasi :
1)      Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2)      Gagal ginjal
5.      Pemeriksaan diagnostik
Urinalisis
1)      Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2)      Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
            Bakteriologis
1)      Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria Ê 2 )
2)      Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.

6. Diagnosa Banding
Ø Uretritis (Inflamasi pada uretra)
Ø Pielonefritis (Inflamasi pada ginjal)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, jantung.
Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b) Pengkajian pada costovertebralis
Riwayat psikososial :
Ø Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
Ø Persepsi terhadap kondisi penyakit
Ø Mekanisme kopin dan system pendukung
Ø Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
Diagnosa Keperawatan
1) Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih
2) Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
3) Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

Perencanaan
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Nilai kultur urine negative
3) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
Rasional :
Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2) Catat karakteristik urine
Rasional :
Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk mencegah stasis urine
4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
Rasional :
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional :
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional :
Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
Rasional :
Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa
nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2) Kandung kemih tidak tegang
3) Pasien nampak tenang
4) Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan
tanda- tanda gelisah.
Kriteria hasil :
1) Klien tidak gelisah
2) Klien tenang
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
3) Beri support pada klien
Rasional :
4) Beri dorongan spiritual
Rasional :
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien
5) Beri penjelasan tentang penyakitnya
Rasional :
Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.
Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan Uretra Sistitis adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
http://andaners.wordpress.com/asuhan-keperawatan. 
i

Jumat, 15 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM NEFROTIK

BAB I
TINJAUAN TEORI

A.     Pengertian
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 1997).
Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat ( Mansjoer Arif, dkk. 1999).
Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik : proteinuria,  hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001).
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh:
Ø      Peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria)
Ø      Penurunan albumin dalam darah
Ø      Edema
Ø      Serum cholesterol yang tinggi (hiperlipidemia)
Tanda – tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permiabilitas glomerulus (Sukiane, 2002).

B.     Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen – antibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi :
1.      Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
2.      Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
ü      Malaria kuartana atau parasit lainnya.
ü      Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
ü      Glumerulonefritis akut atau kronik,
ü      Trombosis vena renalis.
ü      Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa.
ü      Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.

3.      Sindrom nefrotik idiopatik
Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churk dkk membaginya menjadi :
a.       Kelainan minimal
Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu. Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG pada dinding kapiler glomerulus.
b.      Nefropati membranosa
Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang tersebar tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang baik.
c.       Glomerulonefritis proliferatif
·        Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus. Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkanan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat.
·        Dengan penebalan batang lobular.
Terdapat prolefirasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular.
·        Dengan bulan sabit ( crescent)
Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel sampai kapsular dan viseral. Prognosis buruk.
·        Glomerulonefritis membranoproliferatif
Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran basalis di mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis buruk.
·        Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas.
4.      Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi tubulus. Prognosis buruk.

C.     Patofisiologi
Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran glomerulus. Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar dilampui, meski telah berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini menyebabkan retensi garam dan air.
Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler kedalam ruang cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.
Hilangnya protein  dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia).
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia.

D.    Manifestasi Klinik
Gejala utama yang ditemukan adalah :
Ø      Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak.
Ø      Hipoalbuminemia < 30 g/l.
Ø      Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan  edema muka, ascxites dan efusi pleura.
Ø      Anorexia
Ø      Fatique
Ø      Nyeri abdomen
Ø      Berat badan meningkat
Ø      Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
Ø      Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan arteri.

E.     Komplikasi
ü      Infeksi (akibat defisiensi respon imun)
ü      Tromboembolisme (terutama vena renal)
ü      Emboli pulmo
ü      Peningkatan terjadinya aterosklerosis
ü      Hypovolemia
ü      Hilangnya protein dalam urin
ü      Dehidrasi

F.      Pemeriksaan Diagnostik
v     Adanya tanda klinis pada anak
v     Riwayat infeksi saluran nafas atas
v     Analisa urin : meningkatnya protein dalam urin
v     Menurunnya serum protein
v     Biopsi ginjal




G.    Penatalaksanaan Terapeutik
o       Diit tinggi protein, diit rendah natrium jika edema berat
o       Pembatasan sodium jika anak hipertensi
o       Antibiotik untuk mencegah infeksi
o       Terapi diuretik sesuai program
o       Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang
o       Terapi prednison dgn dosis 2 mg/kg/hari sesuai program




BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.     Pengkajian
1.      Keadaan umum :
2.      Riwayat :
*      Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
*      Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini?
*      Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan.
*      Pola kebiasaan sehari – hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi.
3.      Riwayat penyakit saat ini:
v     Keluhan utama
v     Alasan masuk rumah sakit
v     Faktor pencetus
v     Lamanya sakit
4.      Pengkajian sistem
§         Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (terkait dgn edema ).
§         Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis, diaphoresis.
§         Sistem pernafasan :  kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi dada, cuping hidung.
§         Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
§         Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
§         Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
5.      Pengkajian keluarga
ü      Anggota keluarga
ü      Pola komunikasi
ü      Pola interaksi
ü      Pendidikan dan pekerjaan
ü      Kebudayaan dan keyakinan
ü      Fungsi keluarga dan hubungan


B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.
2.      Resiko infeksi b/d terapi immunosuppresivedan hilangnya gama globulin.
3.      Resiko kurangnya volume cairan (intravaskuler) b/d proteinuria, edema dan efek diuretik.
4.      Resiko kelebihan volume cairan b/d retensi sodium dan air.
5.      Kecemasan pada anak dan keluarga b/d hospitalisasi pada anak.

C.     Intervensi Keperawatan
  1. Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.
a.       Tujuan : integritas kulit terjaga.
b.      KH : Tidak ada tanda kemerahan, lecet dan tidak terjadi tenderness bila disentuh.
c.       Intervensi :
Ø      Mengatur atau merubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi.
Ø      Pertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur.
Ø      Gunakan lotion bila kulit kering.
Ø      Kaji area kulit : kemerahan, tenderness dan lecet.
Ø      Support daerah yang edema dengan bantal.
Ø      Lakukan aktifitas fisik sesuai dengan kondisi anak.
2.      Resiko infeksi b/d terapi imunosuppresive dan hilangnya gama globulin.
a.       Tujuan : tidak terjadi infeksi
b.      Kriteria hasil :
·        Hasil laborat ( leukosit ) dbn
·        Tanda- tanda vital stabil
·        Tidak ada tanda – tanda infeksi
c.       Intervensi :
Ø      Mencuci tangan setiap akan kontak dengan anak
Ø      Kaji tanda – tanda infeksi
Ø      Monitor tanda – tanda vital
Ø      Monitor pemeriksaan laboratorium
Ø      Kolaborasi medis untuk pemberian antibiotik
  1. Resiko kurangnya volume cairan (intravaskuler) b/d proteinuria, edema dan efek diuretik
a.       Tujuan : cairan tubuh seimbang
b.      Kriteria hasil :
·        Mukosa mulut lembab
·        Tanda vital stabil
c.       Intervensi :
Ø      Monitor intake dan output ( pada anak < 1ml/kg/jam)
Ø      Monitor tanda-tanda vital
Ø      Monitor pemeriksaan laboratorium (elektrolit)
Ø      Kaji membran mukosa mulut dan elastisitas turgor kulit
Ø      Kaji pengisian kembali kapiler (capilarry Refill)
  1. Resiko kelebihan cairan b/d retensio sodium dan air
a.       Tujuan : Volume cairan tubuh seimbang
b.      Kriteria hasil :
·        BB stabil
·        Tanda vital dbn
·        Tidak ada edema
c.   Intervensi :
Ø      Monitor intake dan output, dan timbang BB setiap hari
Ø      Monitor tekanan darah
Ø      Mengkaji status pernafasan termasuk bunyi nafas
Ø      Pemberian deuretik sesuai program
Ø      Ukur dan catat ukuran lilitan abdomen
5.      Kecemasan pada anak atau keluarga b/d hospitalisasi pada anak
a.       Tujuan : kecemasan hilang
b.      Kriterai hasil :
·        Orang tua tampak lebih santai
·        Orang tua berpartisipasi dalam perawatan dan memahami kondisi anak
c.       Intervensi :
Ø      Anjurkan orang tua dan anak untuk mengekspresikan rasa takut dan cemas
Ø      Berikan penjelasan tentang penyakit Sindrom Nefrotik, perawatan dan pengobatannya
Ø      Ajarkan pada orang tua untuk membantu perawatan pada anaknya
Ø      Berikan aktivitas bermain yang sesuai dgn tumbang anak dan kondisinya.